PASUNDANPOST - Pendidikan abad ke-21 menghadapi tantangan signifikan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang semakin beragam. Model pembelajaran klasikal (one-size-fits-all) terbukti kurang optimal karena mengabaikan perbedaan mendasar pada gaya, kecepatan, dan minat siswa, yang seringkali berujung pada menurunnya motivasi dan timbulnya kesenjangan hasil belajar yang lebar. Berbagai laporan asesmen pendidikan global maupun nasional menunjukkan adanya kesulitan siswa dalam mencapai kompetensi minimal, memunculkan urgensi untuk mengadopsi pendekatan yang lebih adaptif.
Personalized Learning (PL) atau Pembelajaran yang Dipersonalisasi muncul sebagai solusi ideal. PL bertujuan memaksimalkan potensi individu dengan menyesuaikan konten, kecepatan, jalur, dan asesmen secara spesifik untuk setiap siswa. Meskipun PL menjanjikan peningkatan keterlibatan dan retensi materi, implementasi PL secara manual oleh guru dalam skala besar (misalnya, di kelas dengan puluhan siswa) hampir mustahil dilakukan secara efektif karena keterbatasan waktu dan kemampuan analisis data manusia.
Kesenjangan inilah yang diisi oleh Artificial Intelligence (AI). Kecerdasan Buatan bertindak sebagai katalis teknologi, menyediakan sistem yang mampu menganalisis big data pendidikan siswa (kinerja, pola respons, kesalahan) secara real-time dan otomatis. Teknologi AI, khususnya melalui Intelligent Tutoring Systems (ITS) dan Adaptive Learning Systems (ALS), memungkinkan sekolah untuk menerapkan personalisasi secara presisi, menyesuaikan materi sesuai Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) siswa. ITS telah terbukti efektif dalam studi meta-analisis (misalnya, penelitian tentang ITS menunjukkan effect size yang signifikan dibandingkan instruksi tradisional), menunjukkan potensi besar AI dalam merevolusi pedagogi.
Namun, adopsi AI di Indonesia masih berada dalam tahap awal dan menghadapi tantangan unik. Meskipun potensi AI untuk PL sangat besar, implementasinya di lapangan terbentur oleh isu teknis (ketersediaan infrastruktur dan data), tantangan pedagogis (literasi digital dan kesiapan guru), serta isu etika yang krusial (privasi data dan potensi algorithmic bias). Oleh karena itu, penelitian ini menjadi mendesak untuk menganalisis secara mendalam mekanisme, strategi, dan tantangan implementasi AI untuk Personalized Learning dalam konteks pendidikan di Indonesia.
Sekolah harus beradaptasi untuk memprioritaskan pembelajaran jarak jauh (daring), yang bergantung pada teknologi, terutama teknologi informasi sebagai medianya. Dunia pendidikan membutuhkan kreativitas dan inovasi dalam proses pembelajaran.
Dengan perkembangan kecerdasan buatan, kegiatan sehari-hari, seperti pengajaran dan pembelajaran, menjadi lebih mudah. Dengan berkembangnya teknologi informasi sangat membantu proses aktivitas sehari-hari yang mencakup instruksi dan pembelajaran (Tjahyanti, Saputra, & Gitakarma, 2025).
Kecerdasan Buatan (AI) adalah bidang komputer yang memiliki kemampuan untuk menciptakan individu cerdas yang bertindak lebih efisien dan akurat daripada manusia. Menurut Cholisodin (2020) Pendekatan utama AI dapat dibagi menjadi tiga aspek utama: bertindak secara manusiawi, berpikir secara manusiawi, berpikir secara rasional, dan bertindak secara rasional. AI juga membawa cara baru untuk berinteraksi dengan pelajaran.
Chatbots dalam pembelajaran PAI memungkinkan siswa bertanya tentang pelajaran kapan saja dan di mana saja mereka mau. Chatbot ini dapat membantu siswa memahami pembelajaran dengan lebih baik dengan memberikan penjelasan dan referensi yang relevan.
AI juga dapat digunakan untuk membuat simulasi interaktif yang memungkinkan siswa belajar melalui pengalaman langsung, meningkatkan keterlibatan dan pemahaman mereka (Sholihah, 2024). Meskipun potensi AI dalam pendidikan sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi.
Salah satunya adalah masalah privasi dan keamanan data. Penggunaan AI dalam pendidikan memerlukan pengumpulan dan analisis data siswa, yang dapat menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana data tersebut digunakan dan dilindungi. Selain itu, ada risiko bahwa ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat mengurangi interaksi manusia dalam proses belajar. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan batasan dan kebijakan yang jelas dalam penggunaan AI di sekolah, terutama dalam konteks pendidikan agama (Sholihah, 2024).
Dalam konteks pembelajaran nilai moral harus dipertimbangkan saat menerapkan AI dalam pendidikan Islam. Pengembangan karakter dan moral siswa terkait dengan pembelajaran agama. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa konten dan interaksi yang dihasilkan oleh AI sejalan dengan nilai-nilai agama dan etika yang diajarkan dalam Islam saat merancang sistem pembelajaran berbasis kecerdasan buatan. Dengan pendekatan yang tepat, kecerdasan buatan dapat menjadi alat yang berguna untuk mendukung pendidikan agama yang lebih mendalam dan signifikan.
Strategi pemanfaatan AI dalam personalisasi pembelajaran pemanfaatan AI dalam personalisasi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama: 1). Sistem Tutor Cerdas (Intelligent Tutoring Systems - ITS), 2). Analisis Data Prediktif dan Adaptasi Kurikulum, 3).Kurasi dan Adaptasi Konten Otomatis
Tantangan Implemetasi AI dalam Pendidikan meskipun teknologi kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk meningkatkan keinginan siswa untuk belajar di Pendidikan Agama Islam (PAI), ada beberapa masalah yang harus ditangani.
Salah satu masalahnya adalah ketersediaan infrastruktur teknologi yang mendukung penggunaan AI. Tanpa perangkat keras dan perangkat lunak yang memadai, semangat dan keinginan siswa untuk belajar dapat menurun. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus membeli infrastruktur teknologi.
Pemerintah dan lembaga pendidikan harus memprioritaskan pengeluaran ini agar sekolah dapat membuat lingkungan belajar yang menarik dan interaktif.
Pada akhirnya, ini akan meningkatkan dorongan dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran PAI (Hidayat, Sumarna, & Hyangsewu, 2024).Walaupun potensi AI sangat besar, implementasinya menghadapi beberapa tantangan mendasar yang memerlukan perhatian serius: Isu Etika, Privasi Data, dan Keamanan, Bias Algoritmik dan Keadilan, Kebutuhan Pengembangan Profesional Guru, Biaya dan Aksesibilitas Infrastruktur.
Pemanfaatan Artificial Intelligence menawarkan potensi revolusioner untuk personalisasi pembelajaran, beralih dari pengajaran massal ke pengalaman belajar yang dirancang khusus untuk setiap individu. Strategi ITS, analisis prediktif, dan adaptasi konten adalah inti dari transformasi ini. Namun, untuk mewujudkan potensi penuh AI, tantangan implementasi terutama terkait etika data, keadilan algoritmik, dan kesiapan guru harus diatasi secara proaktif melalui kebijakan yang jelas, kerangka kerja etika yang transparan, dan program pengembangan profesional guru yang komprehensif.
Masa depan pendidikan yang dipersonalisasi bergantung pada bagaimana kita menyeimbangkan inovasi teknologi dengan prinsip-prinsip pedagogi yang bertanggung jawab dan berpusat pada manusia.
Dengan demikian, AI tidak hanya berperan sebagai alat bantu teknologi, tetapi juga sebagai inovasi pendidikan yang mampu meningkatkan partisipasi dan pemahaman siswa terhadap materi keagamaan. Namun demikian, integrasi AI dalam PAI harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan nilai-nilai spiritual dan etika Islam. Tantangan seperti interpretasi keagamaan oleh sistem AI, keamanan data siswa, dan keterbatasan infrastruktur teknologi harus diantisipasi dengan kebijakan yang bijak dan kolaborasi antara pendidik, pemerintah, dan pengembang teknologi.
Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi sarana pendukung yang efektif dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam nilai-nilai keagamaan.
Nama : Ali Al Bustom
Mahasiswa S1 PJJ PAI UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON


