PASUNDAN POST | BANDUNG — Sejumlah kebutuhan pokok masyarakat (Kepokmas) di beberapa pasar tradisional di Jawa Barat mulai merangkak naik, menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Meski kondisi seperti ini merupakan pola tahunan, namun DPRD Jabar menilai tetap perlunya langkah antisipatif dari pemerintah agar tidak berdampak lebih besar kepada masyarakat.
Anggota Komisi II DPRD Jabar, Saeful Bachri menyatakan bahwa fluktuasi harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat terjadi menyusul adanya peningkatan kebutuhan masyarakat.
Juga adanya program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang juga membutuhkan pasokan kebutuhan dapur.
"Situasi seperti ini menjadi sulit diprediksi, sehingga kurang terantisipasi. Akibatnya, kebutuhan MBG ikut menyasar pasar-pasar umum yang biasanya menyediakan kebutuhan masyarakat sehari-hari," kata Saeful Bachri, kemarin.
Saeful meminta pemerintah secepatnya harus bergerak untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan permintaan lebih tinggi, mengingat kebutuhan akhir tahun bersamaan dengan kebutuhan dari program MBG.
"Anggaran untuk MBG di Jabar mencapai Rp50 triliun setahun. Kalau dapur MBG aktif semua, akan terjadi rebutan terutama untuk telur," katanya.
"Pemerintah daerah harus segera menyiapkan langkah pengendalian harga dan memastikan ketersediaan pasokan agar gejolak harga tidak berlarut dan kebutuhan masyarakat tetap dapat memenuhi," kata dia.
Sementara hari ini, Kamis (27/11) tercatat sejumlah harga komoditas melonjak. Seperti cabai telah menembus Rp70.000 per kilogram. Harga telur yang sebelumnya stabil di kisaran Rp28.000–Rp33.000. (no/upi)





