PASUNDAN POST ■ Slogan 'Sugih Mukti' yang menjadi icon pemerintah Kabupaten Cianjur sepertinya tidak berlaku bagi keluarga Ibu Iin (40), warga Kampung Sukamukti, Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.
Iin, Ibu beranak tujuh, bersama suaminya Rohman (60) terpaksa tinggal di rumah yang tidak layak ditempati. Bahkan, bisa disebut sebuah gubuk reot yang hanya berukuran 4 × 3 meter ini, sungguh sangat memprihatinkan.
Dengan beratapkan genteng rapuh, lantai yang masih berupa tanah serta berdindingkan bilik bambu dan tiang kayu penyangga yang sudah mulai nyaris ambruk ditambah tidak adanya aliran lisrik yang menerangi gubuknya saat malam hari.
Sementara, kondisi wc yang dindingnya hanya ditutupi sebuah karung jauh dari kesan layak.
Iin saat ditemui mengatakan, dia bersama suami dan anak-anaknya tinggal di gubuk kecil, sudah 2 tahun hingga kini dan tanah yang mereka tempati pun bukan miliknya melainkan milik salah satu perusahaan perkebunan.
Meski diakuinya Iin, sebelumnya ia sempat memiliki rumah, namun rumah tersebut sudah dia jual beberapa tahun lalu untuk membiaya suaminya bekerja ke luar kota.
"Khawatirnya sering kali menghinggapi saat hujan turun saya harus mencari sisi ruangan yang tidak basah, untuk berteduh," ungkapnya.
Iin menceritakan, selain kondisi gubuknya, pekerjaan suaminya yang hanya sebagai buruh petani serabutan.Kadang tidak bisa memenuhi kehidupan sehari - harinya.
"Kadang makan kalau ada uang, kalau gak ada uang paling rebus singkong atau ubi buat isi perut anak anak," ucapnya.
Meskipun hidup dalam keterbatasan, ia tetap bertahan dan pasrah, walaupun tidak ada bantuan program keluarga harapan (PKH) dari pemerintah Kabupaten Cianjur.
"Bantuan saya belum pernah dapat, sembako belum pernah, paling hanya dari kepala desa dan tetangga," tambahnya.
Sementara Kepala Desa Cimenteng, A Haris Suryadi mengatakan, sebelumnya pemerintah desa sudah melakukan pendataan untuk pengajuan membangun rumah seperti rutilahu, dan bedah rumah langsung diajukan ke Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten.
"Pemerintah kecamatan juga sudah melaksanakan itu, kebetulan dia itu dapat bantuan dari desa yaitu BLT DD. Dulunya dia itu warga Cimenteng, terus pindah ke Cimenteng, dan pindah lagi ke sini (Desa Cimenteng)," kata dia saat ditemui di Kantor Desa Cimenteng.
Ia mengungkapkan, keluarga itu tinggal di tanah milik PT, dia tinggal di rumah itu sudah sekitar satu tahunan lebih.
"Rumah itu juga dulunya hasil gotong royong masyarakat secara swadaya. Dia mempunyai sembilan anak, kesehariannya dia usaha buruh. Untuk itu saya mohon bantuannya untuk pengajuan supaya warga desa kamu memiliki rumah yang layak," pungkasnya.(Ddy)